29.7.11


cinta saya nggak pernah sophisticated pasti belepotan bau keringet dan dijamin bikin dosa tapi kamu udah bikin saya bahagia walaupun nggak tau juga sampe kapan dan saya cinta sekali sama kamu

19.7.11

desires that you can only tame to know



we are the watchers stirred to witness sex      
thrilled with sympathetic energy
which quickens in our breath
but other forces guide your bodily design
and moisten nether lips in unctuous flow
without correction

your cerebrum in muzzled
with sensations
you are coming with your mind aglow
in riot of desires you can only tame to know
and in the mellow ebb of truth you find

that passion's flight has left you
too
       behind



(quoted from Ivan Donn Carswell's poem)


Mencintaimu adalah pertaruhan mati
atau
mati

15.7.11

you know ...

Aku Masih Mengingatmu

Dan mengingatmu berarti membaca ulang ceritaku dulu, ceritaku dengan kau, juga yang tidak dengan kau. Aku mengejamu kembali perlahan-lahan dan sangat hati-hati, tertera pada setiap pandanganku yang tertuju pada mata seorang laki-laki. Aku mengejamu kembali perlahan dan sedikit ngeri, mungkinkah alam memungkinkan cara yang sama terhadap seseorang untuk bertemu seseorang lainnya ? Aku mengejamu kembali perlahan dan membuang muka, ternyata benar, saat ini aku diharuskan mempelajari perasaanku lagi.

Sebelum mencatat semuanya pagi ini, aku menimbang tak perlu. Haruskah ini kubuat untuk suatu ketika, entah kapan, diketahui olehnya ? Oleh dia, laki-laki yang kini bisa memiliki aku tanpa ia menghendakinya. Atau sebaiknya catatan ini kubuat untuk diriku sendiri, untuk dibaca-baca nanti dengan kata lain dipelajari, karena lumayan tak menyenangkan rasanya jika dia mengetahui kedalamanku dengan sebegitu literal. 

Tapi aku tahu dia sudah tahu. Dia cerdas sepertimu. Dia sederhana sekaligus sangat kaya, keras berikut mengharukan, ditambah lagi lantang tak lepas perkataan. Pendek kata, mencintainya adalah hal yang kurasa sangat masuk akal. 

Bagaimana kau dulu memang bukan berarti kinilah dia. Kalian sangat berbeda, dan gilanya, sama, dalam banyak pula sedikit hal. Dalam hal ini aku sebegitu mendua, tak bisa memutuskan apa pun, hatiku mencair berakhir begitu menemukan dia sebagaimana mengingatmu. Aku melarut, memudar, berpendar. Dan kata beberapa orang, ketika sedang jatuh cinta, wajahku tampak bersinar.

Jatuh cinta ? 

Sudah seberapa jauh kubiarkan hatiku berjalan tanpa merasakan percintaan ? Walau seringnya aku pun tidak bisa menilai, cinta seperti apa yang kuinginkan. Cinta bisa jadi fiksi bagiku, ia menciptakan kisah dan bingkai, sekaligus menghancurkannya. Aku mengambang di antara nyata dan tidak, walau jauh di dalam diriku, betapa aku mengangankannya ada. 

Tetapi begitu menemukan matanya di suatu petang, tahu-tahu saja aku mampu menginginkannya. Dan hatiku pun menghangat, seperti terkena wabah yang basah. Dia, seperti kau saja dulu, begitu menyeluruhi aku, tidak seperti sihir, hanya tak kenal waktu saja. Sangat utuh, terlalu penuh, seperti mimpi paling menyentuh yang pupus di pagi subuh. 

Petang yang tidak terasa panjang itu, memang hanya beberapa jam, ia gunakan untuk merajahku dengan hidupnya, di mana menjelang malam aku sudah merasa jadi bagian dari semua itu. Tidak, sama seperti denganmu dulu, kami tidak bersentuhan sama sekali. Ah, tidak sama sekali juga, beberapa kali memang, tapi hanya persinggungan maha ringan, friksi fisik tak layak hitung, walau sebenarnya aku ragu, benarkah itu. Seberapa kuat aku mampu bertahan, dia mampu bertahan, menahan mimpi-mimpi itu jangan sampai terpetakan. Karena begitu kejadian, kami semua bakal terbenam.

Setidaknya aku masih bisa mengingat bagaimana aku mencintaimu dulu. Dan mengingat keyakinanku, bahwa di dalam kau, selalu ada aku, sampai kapan saja. Mungkin aku menipu diriku, mungkin kita menaburkan gula di sana-sini, tapi biar bagaimanapun juga sama-sama kita rasakan manis. 

Cinta memang takkan pernah menjadikan kita besar, menjayakan kita. Aku tahu itu. Justru yang terjadi, bisa aku ternistakan, kau dihinakan, namun pertanyaannya kini, akankah kita peduli ? Kita bisa menutup mulut rapat-rapat, menyimpan semua catatan pada buku-buku tak terlihat. Yang terpenting bagiku ia membangkitkanku, membuatku ingin melahirkan sesuatu. Ia membuahi jiwaku, menyetubuhi alam pikirku. Kini aku mengandung, rawan dan bahagia, sekaligus penuh rahasia. Tubuhku membulat, pipi merekah dan bibir terkatup rapat. Ya, aku bahagia, walau aku dihadapkan pada dua kemungkinan yang mutlak, pertama adalah tamat, kedua mati bukan hidup pun tidak. 

Ingatkah kau, seperti dululah aku, ketika mengintipmu mengendap di pagi buta setelah bergelung semalaman didalamku ?

Aku masih mengingatmu. 

14.7.11

long ago and so far away
I fell in love 
                  with you
  before
the second show